Lapangan Pekerjaan Di Indonesia
Ribuan
pemburu kerja yang rela berdesakan-desakan hingga pingsan dalam Pameran Bursa
Kerja Career 2003 di Hotel Kartika Candra, 15-16 Juli, menunjukkan tidak
tersambungnya dunia pendidikan dengan kepentingan dunia kerja. Para pemburu
kerja dengan berbagai latar belakang pendidikan terpaksa berebut lowongan kerja
yang jumlahnya minim. Di sisi lain, situasi ini juga menggambarkan pasar saat
ini dipenuhi tenaga kerja yang tidak memiliki kualifikasi khusus sehingga
lowongan apa pun diserbu.
"Ini fenomena lama yang muncul di permukaan. Tekanan tenaga kerja yang luar biasa hingga peluang dan harapan sekecil apa pun harus diambil oleh mereka. Ini problem hubungan antara pendidikan dan dunia kerja," kata pengamat sosial dari Universitas Airlangga, Hotman Siahaan, yang dihubungi di Surabaya, Rabu (16/7).
Hotman mengatakan, fenomena itu juga menunjukkan adanya permasalahan dalam sistem pendidikan. Output dunia pendidikan tidak bisa memenuhi kualifikasi dunia kerja. Jual beli gelar dan komersialisasi pendidikan menjadikan pasar tenaga kerja tidak diisi oleh orang yang berkualitas.
Pada hari kedua pameran, ribuan para pemburu kerja tetap memadati pameran itu. Berbeda dengan hari pertama yang sempat kisruh, hari kedua para pemburu kerja mau mengantre secara tertib. Meski demikian, antrean tetap panjang hingga pelataran Hotel Kartika Candra dipenuhi mereka.
"Dari pameran ini menunjukkan adanya kesenjangan informasi antara perusahaan dan para pelamar," kata Donnie Iriawan dari penyelenggara pameran.
Dahaga
Direktur PT Mitra Management, sebuah perusahaan konsultan pengembangan sumber daya manusia, Nunuk Adiarni mengatakan, fenomena ini menunjukkan kebutuhan lapangan kerja yang sangat luas. Pasokan tenaga kerja dari berbagai pintu pendidikan begitu kuat menggelontor pasar, sedangkan peluangnya kecil.
"Mereka orang yang dahaga, memiliki pengharapan yang kuat untuk mendapat pekerjaan. Begitu ada peluang kecil, langsung menyerbu. Dari fenomena ini juga menunjukkan mereka adalah mayoritas tenaga kerja yang memiliki talenta yang minim. Mereka yang menggelontori pasar tenaga kerja yang tidak memiliki kemampuan khusus," kata Nunuk.
Nunuk sepakat dengan patokan pertambahan pertumbuhan satu persen akan menyerap tenaga kerja 400.000 orang. Dengan pertumbuhan saat ini, masih sulit terjadi lowongan kerja yang besar. Pameran seperti itu memperlihatkan dengan jelas bahwa perburuan tenaga kerja selama ini sebenarnya tengah terjadi.
Akan tetapi, di kalangan konsultan pengembangan sumber daya manusia sebenarnya sudah sering mendapatkan serbuan seperti itu. "Misalnya kalau kita pasang iklan lowongan, ribuan lamaran akan masuk. Mereka asal kirim meski tak sesuai kualifikasi. Mereka tetap nekat mengirim lamaran. Lamaran seperti ini dalam hitungan tidak sampai satu menit sudah masuk kotak sampah," katanya.
Nunuk mengatakan, dunia kerja akan tertarik terhadap pelamar yang memiliki talenta khusus. Mereka akan melirik pertama kali dari daftar riwayat hidup yang dikirimkan, yang merupakan gambaran dari sejarah pelamar. Selanjutnya baru akan ditentukan lewat tes.
Ledakan sosial
Hotman mengatakan, fenomena ini telah lama terjadi dan sangat klasik. Hal itu terlihat dari ratusan pembawa map yang antre di pabrik-pabrik. "Di mana-mana seperti itu, tiap hari mulai dari map lusuh sampai map yang berbagai macam masuk ke perusahaan. Ini angka pengangguran yang sangat tinggi yang mencoba bertahan hidup," katanya.
Dalam angkatan kerja yang bergelar sarjana dan mendapat pendidikan yang setengah-setengah itu akan muncul potensi eksploitasi ledakan yang luar biasa. "Mereka memiliki ekspektasi yang sangat tinggi, tetapi performance-nya rendah. Ini sudah cukup lama dan menjadi bukti tingkat pengangguran yang tinggi. Sementara lapangan kerja tidak bertambah," kata Hotman.
Fenomena ini merupakan gabungan dari minimnya lapangan pekerjaan, baik di kota maupun di desa. "Daya tampung desa makin kecil. Demikian pula kota-kota penyangga juga sudah tidak bisa menampung. Tumpuan mereka akhirnya terjadi di kota," kata Hotman.
Jadi, saat ini ada perubahan, yaitu sejumlah perusahaan mulai kembali membuka lowongan setelah krisis ekonomi yang banyak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). "Akan tetapi, daya tampung perusahaan yang membuka lowongan itu tidak besar sehingga tidak bisa menerima semua pencari kerja," katanya. (B16/MAR)
"Ini fenomena lama yang muncul di permukaan. Tekanan tenaga kerja yang luar biasa hingga peluang dan harapan sekecil apa pun harus diambil oleh mereka. Ini problem hubungan antara pendidikan dan dunia kerja," kata pengamat sosial dari Universitas Airlangga, Hotman Siahaan, yang dihubungi di Surabaya, Rabu (16/7).
Hotman mengatakan, fenomena itu juga menunjukkan adanya permasalahan dalam sistem pendidikan. Output dunia pendidikan tidak bisa memenuhi kualifikasi dunia kerja. Jual beli gelar dan komersialisasi pendidikan menjadikan pasar tenaga kerja tidak diisi oleh orang yang berkualitas.
Pada hari kedua pameran, ribuan para pemburu kerja tetap memadati pameran itu. Berbeda dengan hari pertama yang sempat kisruh, hari kedua para pemburu kerja mau mengantre secara tertib. Meski demikian, antrean tetap panjang hingga pelataran Hotel Kartika Candra dipenuhi mereka.
"Dari pameran ini menunjukkan adanya kesenjangan informasi antara perusahaan dan para pelamar," kata Donnie Iriawan dari penyelenggara pameran.
Dahaga
Direktur PT Mitra Management, sebuah perusahaan konsultan pengembangan sumber daya manusia, Nunuk Adiarni mengatakan, fenomena ini menunjukkan kebutuhan lapangan kerja yang sangat luas. Pasokan tenaga kerja dari berbagai pintu pendidikan begitu kuat menggelontor pasar, sedangkan peluangnya kecil.
"Mereka orang yang dahaga, memiliki pengharapan yang kuat untuk mendapat pekerjaan. Begitu ada peluang kecil, langsung menyerbu. Dari fenomena ini juga menunjukkan mereka adalah mayoritas tenaga kerja yang memiliki talenta yang minim. Mereka yang menggelontori pasar tenaga kerja yang tidak memiliki kemampuan khusus," kata Nunuk.
Nunuk sepakat dengan patokan pertambahan pertumbuhan satu persen akan menyerap tenaga kerja 400.000 orang. Dengan pertumbuhan saat ini, masih sulit terjadi lowongan kerja yang besar. Pameran seperti itu memperlihatkan dengan jelas bahwa perburuan tenaga kerja selama ini sebenarnya tengah terjadi.
Akan tetapi, di kalangan konsultan pengembangan sumber daya manusia sebenarnya sudah sering mendapatkan serbuan seperti itu. "Misalnya kalau kita pasang iklan lowongan, ribuan lamaran akan masuk. Mereka asal kirim meski tak sesuai kualifikasi. Mereka tetap nekat mengirim lamaran. Lamaran seperti ini dalam hitungan tidak sampai satu menit sudah masuk kotak sampah," katanya.
Nunuk mengatakan, dunia kerja akan tertarik terhadap pelamar yang memiliki talenta khusus. Mereka akan melirik pertama kali dari daftar riwayat hidup yang dikirimkan, yang merupakan gambaran dari sejarah pelamar. Selanjutnya baru akan ditentukan lewat tes.
Ledakan sosial
Hotman mengatakan, fenomena ini telah lama terjadi dan sangat klasik. Hal itu terlihat dari ratusan pembawa map yang antre di pabrik-pabrik. "Di mana-mana seperti itu, tiap hari mulai dari map lusuh sampai map yang berbagai macam masuk ke perusahaan. Ini angka pengangguran yang sangat tinggi yang mencoba bertahan hidup," katanya.
Dalam angkatan kerja yang bergelar sarjana dan mendapat pendidikan yang setengah-setengah itu akan muncul potensi eksploitasi ledakan yang luar biasa. "Mereka memiliki ekspektasi yang sangat tinggi, tetapi performance-nya rendah. Ini sudah cukup lama dan menjadi bukti tingkat pengangguran yang tinggi. Sementara lapangan kerja tidak bertambah," kata Hotman.
Fenomena ini merupakan gabungan dari minimnya lapangan pekerjaan, baik di kota maupun di desa. "Daya tampung desa makin kecil. Demikian pula kota-kota penyangga juga sudah tidak bisa menampung. Tumpuan mereka akhirnya terjadi di kota," kata Hotman.
Jadi, saat ini ada perubahan, yaitu sejumlah perusahaan mulai kembali membuka lowongan setelah krisis ekonomi yang banyak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). "Akan tetapi, daya tampung perusahaan yang membuka lowongan itu tidak besar sehingga tidak bisa menerima semua pencari kerja," katanya. (B16/MAR)
Masalah
Ketenagakerjaan, Pengangguran, dan Kemiskinan Indonesia
Sebuah
negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan
dengan warga negaranya. Terlebih pada negara - negara yang memiliki jumlah
penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran,
dan kemiskinan Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan
penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan menghalangi langkah
Indonesia untuk menjadi mengara yang lebih maju. Indonesia sebenarnya sempat
menjadi tempat favorit bagi para pengusaha dari luar negeri untuk membangun
usaha mereka disini. Ya, dengan alasan murahnya biaya tenaga kerja merupakan
salah satu faktor mengapa Indonesia diincar oleh para pengusaha asing. Namun,
ternyata hal tersebut tidak diimbangi dengan dukungan positif dari pemerintah
tentang pengaturan Undang - Undang investasi dan ketenagakerjaan sehingga malah
memunculkan banyak masalah baru sehingga mengakibatkan dampak terparah berupa
relokasi tempat usaha ke negara lain. Banyak yang harus dibenahi untuk
menyelesaikan masalah ketenagakerjaan. Diantaranya adalah dengan membekali
berbagai macam ketrampilan bagi para tenaga kerja usia produktif supaya lebih
mampu bersaing di dunia kerja tidak hanya dalam bursa tenaga kerja lokal namun
juga bursa tenaga kerja dunia.
Dampak terbesar
dari terjadinya relokasi tempat usaha adalah meningkatnya angka pengangguran di
Indonesia. Jumlah pengangguran di Indonesia telah mencapai titik dimana
memerlukan penanganan dari pemerintah dengan sangat serius. Ternyata langkah
pemerintah untuk membuka banyak lapangan kerja baru tidak banyak membantu
mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Langkah yang dianggap paling tepat
adalah dengan membekali ketrampilan kepada para tenaga kerja produktif yang
masih belum medapatkan pekerjaan dengan harapan mereka bisa membuka lapangan
kerja baru, tidak hanya untuk diri mereka sendiri namun juga untuk masyarakat
di sekitar mereka. Oleh karena itu, dukungan penuh dari pemerintah terhadap
para wiraswasta sangat diharapkan supaya angka pengangguran bisa jauh
berkurang.
Masalah yang
tidak kalah pentingnya adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan dianggap sebagai
akar dari segala permasalahan sosial kependudukan yang memiliki efek luar biasa
bagi Indonesia. Harus diakui bahwa hingga saat ini jumlah penduduk miskin di
Indonesia masih sangat tinggi. Upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah
penduduk miskin adalah dengan memberikan fasilitas rusunawa yang pada
kenyataannya banyak salah sasaran, memberikan BLT (bantuan langsung tunai) yang
ternyata tidak banyak membantu masyarakat, hingga pemberian aneka subsidi untuk
masyarakat miskin. Berbagai langkah tersebut pada kenyataannya tidak bisa
membuat jumlah penduduk miskin di Indonesia menjadi berkurang. Karena solusi
idealnya adalah dengan memberikan mereka pekerjaan tetap dengan gaji yang
memadai sehingga mereka bisa hidup lebih layak. Ini bukan perkara yang mudah
bagi pemerintah.
Sumber :
http://www.formulabisnis.com/lowongan_kerja/art-lowongan-kerja-7.php
http://carapedia.com/masalah_ketenagakerjaan_pengangguran_kemiskinan_indonesia_info3017.html
Komentar
Posting Komentar