Ilmu Pengetahuan , teknologi dan kemiskinan
1.
Hubungan Ilmu dengan Nilai-nilai Hidup
Penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan
mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan lebih lanjut ilmu dan
teknologi. Tanggung jawab etis merupakan sesuatu yang menyangkut kegiatan
keilmuan maupun penggunaan ilmu, yang berarti dalam pengembangannya harus
memperhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem,
bersifat universal, bertanggungjawab pada kepentingan umum, dan kepentingan
generasi mendatang.
Tanggung jawab ilmu
menyangkut juga hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu dimasa lalu,
sekarang maupun akibatnya di masa mendatang, berdasarkan keputusan bebas
manusia dalam kegiatannya. Penemuan baru dalam ilmu terbukti ada yang dapat
mengubah sesuatu aturan nilai-nilai hidup baik alam maupun manusia. Hal ini
tentu menuntut tanggung jawab untuk selalu menjaga agar yang diwujudkan dalam
perubahan tersebut akan merupakan perubahan yang terbaik bagi perkembangan ilmu
itu sendiri maupun bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh.
Tanggung jawab etis
tidak hanya menyangkut upaya penerapan ilmu secara tepat dalam kehidupan
manusia, melainkan harus menyadari apa yang seharusnya dilakukan atau tidak
dilakukan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia seharusnya, baik
dalam hubungannya sebagai pribadi, dalam hubungan dengan lingkungannya maupun
sebagai makhluk yang bertanggung jawab terhadap Khaliknya.
Jadi perkembangan ilmu
akan mempengaruhi nili-nilai kehidupan manusia tergantung dari manusianya itu
sendiri, karena ilmu dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia dalam
kebudayaannya. Kemajuan di bidang ilmu memerlukan kedewasaan manusia dalam arti
yang sesungguhnya, karena tugas terpenting ilmu adalah menyediakan bantuan agar
manusia dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya.
2. Ilmu
dan Norma-norma kehidupan
Ilmu
dapat berkembang dengan pesat menunjukkan adanya proses yang tidak terpisahkan
dalam perkembangannya dengan nilai-nilai hidup. Walaupun ada anggapan bahwa
ilmu harus bebas nilai, yaitu dalam setiap kegiatan ilmiah selalu didasarkan
pada hakikat ilmu itu sendiri. Anggapan itu menyatakan bahwa ilmu menolak
campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu
sendiri, yaitu ilmu harus bebas dari pengandaian, pengaruh campur tangan
politis, ideologi, agama dan budaya, perlunya kebebasan usaha ilmiah agar
otonomi ilmu terjamin, dan pertimbangan etis menghambat kemajuan ilmu. Pada
kenyataannya, ilmu bebas nilai dan harus menjadi nilai yang relevan, dan dalam
aktifitasnya terpengaruh oleh kepentingan tertentu. Nilai-nilai hidup harus
diimplikasikan oleh bagian-bagian praktis ilmu jika praktiknya mengandung tujuan
yang rasional.
Dapat dipahami bahwa
mengingat di satu pihak objektifitas merupakan ciri mutlak ilmu, sedang dilain
pihak subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai yang ikut
menentukan pemilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.
Setiap kegiatan
teoritis ilmu yang melibatkan pola subjek-subjek selalu mengandung kepentingan
tertentu. Kepentingan itu bekerja pada tiga bidang, yaitu pekerjaan yang
merupakan kepentingan ilmu pengetahuan alam, bahasa yang merupakan kepentingan
ilmu sejarah dan hermeneutika, dan otoritas yang merupakan kepentingan ilmu
sosial.
3.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian ,
tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya
melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan.
·
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan
pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan
dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan
dasar. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal
ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan
dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan
tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
·
Komentar
Posting Komentar